Selasa, 16 September 2008

Taubat


Lagi-lagi, aku ketemu seorang kakek, tapi penampilan seperti anak muda yang perkasa dan necis, tapi yang menarik itu senyumannya, istimewa. Melihat dia tersenyum padaku, seakan-akan aku disiram dengan air sejuk di teriknya matahari. Tapi kali ini dia yang menegurku lebih dulu.

"Assalaamualaikum nak.." sapanya

"Wa alaiikum salam," jawabku pelan.

"Anak muda kok lemes gini, yang tegas dan penuh optimis." Lanjut kakek itu semangat

"Maaf kek, lagi suntuk nih." jawabku sekilas.

" Koq masih suntuk, seharusnya penuh semangat. Apalagi selesai sholat dan berdo'a, harusnya semangat karena kita sudah menghadap dan memohon pertolongan Nya."
Pada saat itu, kami ada di sebuah mushola dan baru saja selesai melaksanakan sholat dzuhur.

" Iya kek, terimakasih" masih pelan aku menjawab.

" Kalau boleh tahu ada apa kiranya, sampai kamu seperti ini, maaf kalau ikut campur."
Tiba-tiba saja aku ungkapkan apa yang jadi ganjalan di hati ku, nyerocos seperti mau tumpah saja.

" Tadi saya sudah melakukan maksiat untuk yang kesekian kali, padahal saya sudah bertaubat, tapi selalu saja saya ulangi lagi, dan lagi. Saya menyesal dengan perbuatan itu, tapi saya tidak bisa menghindar dari godaan-godaan setan. Dasar setan terkutuk." Suaraku keras, seakan berteriak.

" Oh..." Kakek itu mengangguk.

" Saya telah melakukan ....."

" Stop, jangan kamu teruskan. Biar saja hanya kamu dan Tuhan yang tahu apa yang telah kamu perbuat itu. Jangan kamu buka aibmu di depan makhluk, kalau memang terbuka biar Tuhan yang membukanya." Kakek itu memotong perkataanku.

" Tapi bagaimana kek, batin saya rasanya tertekan sekali." Kataku pelan, dan air mataku menetes.

" Sudahlah, yang penting kamu harus selalu bertaubat akan perbuatan maksiatmu, dan membuatmu tertekan karena merasa berdosa pada Tuhan." Kakek itu menasehatiku.

" Nak, Taubat itu adalah pengakuan bahwa diri itu banyak melakukan perbuatan yang tidak diridloi Allah, lalai dalam kewajibannya, gemar melakukan perbuatan yang dilarang. Namun, Taubat tidak hanya diucapkan, tapi disertai kesungguhan hati dan perbuatan serta berusaha untuk melakukan perbaikan. Taubat, ini penting bagi kita, sebagai ikrar penghambaan diri kepada Yang Maha Rahman. Hal ini menguatkan posisi insan sebagai makhluk Tuhan, yaitu yang diciptakan, yang tidak memiliki apa-apa, kecuali Kebijaksanaan Tuhan yang meminjamkan Sifat dan PerbuatanNya kepada makhluknya, dengan maksud untuk menyembah Nya. Jadi, pada dasarnya taubat adalah pengakuan penghambaan makhluk kepada Tuhannya." Perkataan kakek ini membuatku tertunduk, dan menyimaknya dengan serius. Kemudian dia lanjutkan pembicaraannya.

" Oleh karena itu, Allah sangat menyukai hambanya yang sering bertaubat, bukan karena sering berbuat dosa, melainkan karena pengakuan penghambaan itu. Sebagai contoh, Rasulullah Muhammad saw, bertaubat/istighfar minimal 70 kali dalam sehari, apakah karena berdosa.? Padahal kita tahu bahwa beliau sudah dijamin Allah dari perbuatan dosa, dan akhlak beliau sangat sempurna. Namun karena Pengakuan sebagai hamba itulah yang membuat beliau selalu bertaubat. Inilah yang membuat posisi Rasulullah Muhammad saw menjadi sangat mulia, selain karena kehendak dan janji Allah. Karena perbuatan ini pula, yang menjadi salah satu sebab beliau mendapatkan hak Syafa’at dan salawat dari Allah sehingga hak beliau tersebut menjadi kewajiban bagi setiap makhluk untuk bersalawat kepada beliau. Jadi begitu pentingnya posisi taubat bagi seorang hamba untuk menjadi dekat kepada Allah."

" Nah, mulai sekarang sering-seringlah bertaubat, bukan karena merasa berdosa saja, tapi karena harus. Insyaallah, pelan-pelan kamu dapat meninggalkan perbuatan maksiat itu untuk selamanya. Teruslah berusaha nak, Assalamualaiikum....." Kata kakek itu sambil berdiri dan pergi meninggalkanku sendiri. Dan kepergiannya itu diiringi dengan senyum istimewa dan sikap optimis.

Kulihat kakek itu berjalan dengan tegap, seperti seorang ksatria pemberani menyosong peperangan.

Yuvusulikov, Jakarta 2008




Foto modifikasi: KH. Hasyim Asy'ari (Pendiri NU )

5 komentar:

Anonim mengatakan...

Kata Ibuk saya, minimal sekali seumur hidup kita harus melakukan sholat taubat, sampe sekarang sya belum pernah melakukannya padahal tiap hari gak pernah luput dari perbuatan dosa...astaghfirullah... masih mencari-cari tuntunan sholatnya...

Sastra Bebas mengatakan...

Sholat Taubat memang perlu, tapi itu cuma satu cara bertaubat dan hukumnya menurut saya sunah, yang paling penting dan wajib adalah taubatnya itu sendiri, terserah dgn cara apa.......

Anonim mengatakan...

Masya Allah, jangankan kita benar2 bertaubat, sudah niat saja Allah akan hapus segala dosa2 kita

Sastra Bebas mengatakan...

Nah, jadi bisa dengan cara apa saja kan, yang penting Niat, bersungguh2 tdk mengulanginya

Anonim mengatakan...

Setiap kali baca artikel ini saya langsung ada niatan pengen taubat....

Tapi ketika blog ini udah ketutup gak sengaja (atau memang sengaja..hehehehe )kebuka situsnya miyabi...

hhuuuff bener2 niat yang gak tulus...hehehehe

 

September 2008, Design template by Ayi Fahmi.